Langsung ke konten utama

judul kita apa?


Mungkin kita hanya sekedar makin sering terlambat.
Mungkin juga sekadar sering lupa. Atau cuma sedikit
Bertambah lalai. Atau mungkin cuma sekedar semakin enteng
Untuk tidak terlibat. Bisa juga semacam ketenangan
Dalam kealpaan.
Dan tentu kita tidak menyebutnya sebagai
futur….

Bisa jadi, kita cuma sedikit malas. Dimana dengannya,
Dalih kita menjadi agak banyak dan bervariasi. Atau kita
Hanya semacam sedikit pilih-pilih tugas. Ada agak banyak tugas
Yang kita rasa sudah tidak pantas (lagi) kita kerjakan.
Dan kita tidak menyebutnya sebagai
futur….

Mungkin kita hanya sedikit terganggu. Kita hanya sedikit agak
Terganggu dalam tilawah, atau dalam puasa atau mungkin
Lainnya. Sebenarnya tidak berat, cuma sekedar agak sulit
Menikmatinya.
Dan kita memang sulit mendefinisikannya sebagai
futur….

Kita mungkin cuma semacam bosan. Atau sekadar ingin
Melongokkan kepala ke luar sana. Atau kita Cuma kaget kecil-
Kecilan. Atau sedikit silau. Atau bahkan, sedikit lebih ringan
Daripada itu.
Dan sulit bagi kita untuk menyebutnya
futur….

Atau kita cuma sedikit tersadarkan. Pada realitas keluarga kita.
Anak dan istri kita. Rumah dan kendaraan kita. Sedikit tersadar
akan realitas karir kita. Atau sedikit menghitung-hitung realitas
sosial kita.
Dan tentu saja itu bukan
futur….

Bisa juga kita cuma sekadar melihat tikungan sejarah.
Ada yang berbeda di depan sana. Dan kita semacam
Sedang sedikit membuat apresiasi. Atau (paling tidak)
Semacam antisipasi. Tidak lebih dari itu.
(mungkin) itu juga bukan
futur….
(Re-written from book “Sudahkah Kita Tarbiyah?” by Eko Novianto, Era Intermedia publishing).
pagi hari, 26-01-10 jam 09:26, teriring salam muhasabah untuk kita semua....

Komentar

Postingan populer dari blog ini

jangan sombong (lagi)!!

Apa yang membuat kalian risih tentang kesombongan Fir’aun? Kesombongan Namrud? Kesombongan Qarun? Dalam hubungannya dengan Tuhan, kita harus mengatakan, IYA, kita risih. Tapi, dalam hubungannya dengan manusia, kita tentu akan maklum dengan kesombongan mereka. Betapa tidak, dunia ada dalam genggaman mereka. Kekayaan, dan kekuasaan; dua syarat menjadi sombong diantara manusia di atas bumi ini. Kekayaan mereka membuat orang-orang bermimpi ingin menjadi seperti mereka. Lihatlah, betapa mimpi saja sudah menjadikan orang-orang yang tidak seperti mereka menjadi sombong. Niat sombong. Apalagi kalau benar-benar menjadi seperti Qarun, Fir’aun atau juga, Namrud. Dan kekuasaan membuat orang-orang ingin menguasai semua tahta dunia ini, memiliki semua wanita di dunia ini. Lantas, masihkah kita menganggap kesombongan mereka itu sebuah kesombongan? Tidak, sekali-kali tidak. Mereka “berhak” atas itu. Lantas, atas apa mereka tidak berhak sombong dengan kekuasaan dan kekayaan mereka? Bukankah semua o

happy Idul fitri

saya, Amin Musthofa beserta keluarga mengucapkan selamat Hari Raya Idul Fitri 1434 H. semoga amal ibadah kita selama di bulan Ramadhan kemarin bisa membawa kita untuk lebih baik di bulan berikutnya. amiiiin....

dari tujuh masjid jadi 1.700 masjid

Bertambahnya warga muslim di Inggris agaknya sejalan dengan semakin banyaknya jumlah masjid di negara itu. Sebagai perbandingan, pada 1961 hanya ada tujuh masjid di Inggris. “Pada 1990 jumlah masjid menjadi sekitar 400,” kata Inayat Bunglawala, pengurus MCB (Muslim Council of Britain), seperti dikutip koran The Times . Sepuluh tahun kemudian, menurut situs Islam Salaam.co.uk , jumlah masjid di seluruh Inggris berlipat menjadi tak kurang dari 1.700. Pada saat bersamaan, jumlah gereja menurun. Para pakar mengatakan, ribuan gereja akan ditutup dalam sepuluh tahun ke depan. Penutupan tersebut disebabkan makin sedikitnya warga kristen yang beribadah di gereja-gereja mereka. Gereja-gereja yang ditutup itu biasanya dialihfungsikan menjadi gudang, toko, restoran, bahkan masjid. Tidak banyak memang gereja yang kemudian menjadi masjid. Sebab, gereja Anglikan di Inggris tidak membolehkan pemilik baru menjadikan bekas gereja sebagai masjid atau tempat ibadah agama lain. Sementara itu, di Inggris